Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengungkap masih ada 12 ribu sekolah yang tak memiliki akses internet di daerah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T). Tak hanya itu, masih ada 48 ribu sekolah dengan jaringan internet yang buruk di penjuru daerah.
Maka hal tersebut masih wajar, jikalau ada sebagian guru yang menilai pembelajaran sebaiknya dilakukan tatap muka atau dikombinasi dengan pembelajaran daring.
Praptono selaku Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru Kemendikbud menyampaikan, bahwa telah membuka kemungkinan pembelajaran tatap muka untuk sekolah di zona hijau dan kuning. Dengan catatan dilakukan dengan persiapan dan protokol kesehatan yang ketat. Sehingga sekolah bisa sesekali melakukan pembelajaran tatap muka dengan mematuhi syarat yang ditetapkan pemerintah.
Ia menjeleskan, masalah jaringan internet dan kapasitas teknologi informasi dan komunikasi (TIK) masih jadi kendala utama dalam jalannya pembelajaran daring. Bagi sekolah yang menjalankan pembelajaran tatap muka, kendala geografis seringkali menghalangi guru yang ingin melakukan kunjungan ke rumah dan mengantar tugas, khususnya di daerah 3T.
Guru di daerah 3T kebanyakan mengaku membutuhkan dukungan lebih dari pemerintah terkait pembelajaran di tengah pandemi. Sebanyak 31 persen guru di daerah 3T masih membutuhkan kompetensi terkait penerapan kurikulum selama PJJ. Kemudian sebanyak 48 persen guru di daerah 3T juga kesulitan mensosialisasikan edukasi kesehatan sehingga membutuhkan bantuan media untuk sosialisasi. Dan 54 persen guru di daerah 3T kurang memiliki kompetensi dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Harapannya pemerintah bisa memfokuskan masalah pendidikan ini di daerah 3T, terutama dalam infrastruktur Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sehingga bisa tercapainya pendidikan yang merata di Indonesia.